BeTe.COM (Brebes Tegal Community)
- “Astagfirullah”, aku terbangun secara tiba-tiba dari tidurku, “MasyaAllah”, “mimpi ini lagi”, batinku. Sudah lebih dari satu bulan ini aku terus mendapat mimpi aneh ini, yah walaupun tidak setiap hari, tapi ini terus datang pada ku, mimpi yang sama, “apa artinya mimpi ini”.
- “Astagfirullah”, aku terbangun secara tiba-tiba dari tidurku, “MasyaAllah”, “mimpi ini lagi”, batinku. Sudah lebih dari satu bulan ini aku terus mendapat mimpi aneh ini, yah walaupun tidak setiap hari, tapi ini terus datang pada ku, mimpi yang sama, “apa artinya mimpi ini”.
Namaku Yoyok, aku seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di
Yogyakarta, banyak temanku yang bilang kalau akhir-akhir ini aku agak
berubah, agak aneh, pokoknya lain dari seorang Yoyok yang mereka kenal
sebelumnya. “kamu, ini sedang mengalami krisis kepercayaan diri Yok”,
“yang kamu alami ini Disorientasi Psycology, dan itu lumrah karena kamu
sedang stress karena proposal kerja itu”. kata dedi teman kerjaku dari
dept keuangan. “Hallaaah, kemeruh awakmu Ded, ya kamu itu terkena
disorientasi. Disorientasi jurusan kuliah”, Sahutku, “orang lulusan
akutansi, tapi malah moco buku-buku psycology, Tata boga, terus iku buku
kesehatan wanita, di kamar kos mu kemaren, punya siapa?”. “Lho, sek to,
aku ini temanmu lho, aku care sama kamu, lha kok malah nyengit gitu,
jadi lulusan sarjana itu kita harus berwawasan luas, harus diversifikasi
ilmu pengetahuan,” sahutnya lagi, “ayo ngomong, ada masalah apa to?”,
kata Dedi sambil merangkul pundak ku, “Halaaah gak usah
ngrangkul-ngrangkul pundakku” aku menyingkirkan tangan lebay Dedi dari
pundakku, “Aku ini gak sedang stress, ya memang sih proposal kerjaku ku
ditolak terus sama Pak Wiwin, tapi aku, Hmm, maju teruuus, kalo perlu
Pak Wiwin sing tak gawe stress, soalnya dia tak tekani terus” kataku
sambil mengacungkan kepalan tangan ke muka Dedi, Jujur sebenarnya si
Dedi ini teman ku yang paling akrab, kami juga satu kos, tapi kadang aku
agak males jalan bareng sama dia, alasan yang pertama, ya sudah jelas,
aku ini cowok ngapain jalan bareng sama cowok, yang kedua meskipun si
Dedi ini normal, tapi kalau sama aku, dia suka kelewat lebay. malah ada
beberapa teman yang iseng update foto-foto aku dan dedi lagi berdua di
sosial media, dengan status, “selamat untuk dedi karena baru jadian
dengan Yoyok”.
Malam semakin larut, dan aku merebahkan diri di ranjang kamar kos ku,
setelah lelah seharian berkutat dengan laptop, maklum proposal kerjaku
ini penuh dengan revisi, padahal aku sebetulnya sangat yakin sekali
semua rencana kerjaku di proposal itu pasti langsung di acc pak Wiwin,
manajer ku di Dept pemasaran, tapi perkiraanku salah, yang membuatku
pusing adalah, kata manajerku proposal event promo salah satu produk
minuman milikku itu terlalu kuno, terlalu klise, kurang kreatif atau
apalah, aku sendiri bingung padahal proposal ini sudah aku buat dengan
sangat detail dan dengan perencanaan yang matang, “kuno? nggak mungkin,
event-event seperti ini kan sedang jadi trend anak muda sekarang”,
pikirku. “Aku yakin sekali kalau event ini sukses, nama produk yang kita
promosikan pasti ikut naik, kan produk ini segmennya memang anak muda”.
Tapi sudah lah, saat ini mataku sudah semakin berat, besok saja dipikir
lagi. Tapi jujur sebenarnya bukan masalah proposal ini yang membuatku
agak resah saat ini. “Sebenarnya apa artinya yah?”, lagi-lagi rasa
penasaranku terusik dengan mimpi yang akhir-akhir ini aku alami, mimpi
yang sama, “apakah mungkin?”, “tapi tidak mungkin, heh, heh jangan
sampai terjadi ah”, sebuah pertentangan terjadi dalam diri ku, entah
kenapa terbersit sebuah rasa khawatir, atau lebih tepatnya perasaan
campur aduk antara khawatir, senang dan sedikit tidak percaya.
“Seandainya ini memang takdirku, tapi apa ya setragis ini?”.
Drrt, drrt, tiba-tiba telpon genggam ku bergetar, aku pun terbangun
dari ranjang dan menghampiri telpon genggam ku yang tergeletak di meja,
“selamat malam Yoyok, aku Ni made, sory ganggu tidur kamu, mmm, boleh
utang gak?”. bunyi pesan pendek di telpon genggam ku, Ni made adalah
sekertaris direktur keuangan di perusahaan ku, dia adalah karyawati
primadona di kantorku, banyak yang bilang dia mirip bintang film Ineke
Koesherawati, tiap kali dia lewat, waktu seolah berhenti berdetak, bumi
seolah berhenti berotasi dan semua makhluk ciptaan Allah yang berkelamin
cowok langsung Freezzee, beku dari otak sampai ke hati. Tapi sayang aku
tidak akan mungkin pernah Ge’er walau si Ni Made ini kirim sms ratusan
kali ke telpon genggamku, karena nomor Hp si oknum di balik sms ini
sudah jelas, “Ded, utang yang minggu kemaren belum kamu lunasi, gak ada
utang lagi, males”, aku membalas Sms yang masuk ke inbox hp ku, Drrt,
drrrt, telpon genggamku bergetar lagi. “50000 aja Yok, please”, bunyi
sms tersebut, “Ya wis besok”, balas ku singkat.
Aku kembali merebahkan tubuhku ke ranjang, Drrrt, drrt, sesaat
kemudian telpon genggamku berbunyi lagi, tapi aku terlalu malas untuk
berjalan kembali ke meja, paling juga sms si Dedi, yah dia memang sering
utang duit, nggak masalah sih sebenarnya karena dia juga disiplin
balikin duitnya, sebenarnya masalah si Dedi ini adalah Rita, ceweknya
Dedi, nih cewek sebenarnya lumayan matre juga, kalo diajak makan dia
maunya di cafe-cafe mahal plus selalu minta dibeliin pulsa, dan itu
rutin tiap minggu, Untung keluarga si Dedi ini lumayan kaya, ayah dan
ibunya sama-sama kerja di bank plat merah, sedang kakaknya punya usaha
warnet yang cukup sukses, jadi selain dari gaji bulanan, kiriman tiap
bulan juga lancar, konon kabarnya si Dedi ini ngaku ke orangtuanya kalau
upahnya di bawah UMR jadi wajar orangtua dan kakaknya merasa kasihan
dengan Dedi, dan akhirnya mereka tetap rutin kirim uang tiap bulan, hehh
dasar si Dedi, memang tengik tu orang. Tapi tetep aja kalo buat nurutin
cewek matre, uang berapapun dengan kombinasi gabungan apapun, pasti
bakal ludes. Ah biarin aja si Dedi dengan masalah ke matre’an ceweknya,
kan aku sudah berulang kali beri nasehat ke dia. “Yoyok, yoyok, naif
sekali kamu, seolah-olah kamu lebih beruntung dari Dedi, tapi coba lihat
faktanya, siapa yang jomblo menahun”, sekali lagi pikiran ku melayang
layang gak jelas. “beruntung kamu Ded, biarpun Rita itu matre, tetep dia
itu cewek mu, cantik lagi, lha aku”, batinku lagi.
Tiba-tiba ingatanku melayang kembali ke masa ketika aku masih duduk
di bangku smp, Yuni, yeah cinta pertamaku, aku sendiri juga heran, saat
itu kami berdua masih sama-sama bau kencur, Yuni adalah adik kelasku,
tapi kenapa waktu itu aku bisa suka sama dia, malah terlibat hubungan
cinta-cintaan segala, aneh. Aku juga masih ingat sekali ketika itu tidak
ada yang lebih penting dari main video game dan sepak bola, tiap hari
sepulang sekolah aku dan teman-teman smp ku, menghabiskan waktu
berjam-jam di game center, sedang sepak bola, itu adalah kegiatan rutin
ku di hari minggu. Pertama kali aku berkenalan dengan Yuni aku juga
masih ingat sekali, saat itu kepalanya terkena bola yang aku tendang,
yah saat itu di smp ku sedang ada pertandingan bola antar kelas, dan aku
ikut memperkuat tim kelasku, sedang yuni adalah suporter dari team
kelasnya, setelah terkena tendangan geledek ku tidak jelas dan super
ngawur itu, yuni langsung pingsan, kontan saja aku ikut panik, saat itu
aku langsung ikut membopong dia ke UKS sekolah. Sejak kejadian itu kami
jadi dekat, dari yang sekedar sok-sokan khawatir dengan tanya-tanya
kondisi, menemani dia ke perpustakaan sekolah, sampai akhirnya kita
sering pulang bareng. Yuni sebenarnya tidak terlalu cantik, lagipula
saat itu aku juga masih bingung dengan definisi cantik, visualisasi dari
kata cantik saja saat itu juga masih kabur, tapi yang jelas bagiku Yuni
saat itu adalah seorang cewek dengan kepribadian yang cukup menarik,
apa lagi dia itu lucu dan ramah, dan aku juga masih ingat kami ternyata
sama suka sepak bola, benar-benar sebuah kejutan, jarang banget kan
cewek suka sepak bola, dan uniknya dia dan aku suka team sepak bola yang
sama, dan pemain favorit kami juga sama.
Tanpa terasa selama lima bulan aku dan Yuni sudah semakin dekat, aku
pun juga sudah mulai melupakan hobi ku bermain game bersama
teman-temanku, latihan sepak bola setiap minggu pun aku juga mulai
sering absen, karena aku lebih suka di rumah, telpon-telponan sama Yuni,
malah kadang aku yang nekat ke rumah nya, padahal gak tau mau ngapain.
Saat itulah aku mulai bingung, ada sensasi aneh tiap kali aku bertemu
Yuni, jantung berdegup kencang, ada sedikit perasaan gugup bercampur
dengan perasaan senang yang luar biasa, dan kalau tidak ketemu Yuni satu
jam saja, rasanya berat banget, seperti nggak ketemu satu semester.
Tapi sayang, Yuni tiba-tiba menjauh dari hidupku, dia harus ikut
orangtuanya yang di pindah tugaskan ke luar pulau, tepat pada saat aku
mulai menyadari perasaanku pada Yuni dan berniat untuk mengatakan
langsung, aku benar-benar terpukul dan sedih sekali saat itu.
“Seandainya kamu tidak pergi jauh Yun”, aku menarik nafas dalam-dalam.
Malam pun semakin bertambah larut dan aku juga sudah tak kuasa lagi
menahan rasa kantuk.
Keesokan harinya, aku berangkat ke kantor dengan banyak sekali
pertanyaan dalam pikiranku, “Ya Allah, mimpi itu lagi, tadi malam,
kenapa datang lagi?”. ini sudah yang kesekian kali nya mimpi itu datang
dalam tidurku, “sebenarnya apa maksud dari mimpi itu?”. Kalau saja mimpi
itu datang cuman beberapa kali saja dalam tidurku, mungkin masih bisa
ku anggap sebagai bunga tidur biasa, tapi kalau aku mengalami mimpi yang
sama setiap malam, selama hampir satu bulan apakah aku masih bisa
menganggapnya sebagai bunga tidur. “Yok, Gimana?”, tiba-tiba Dedi
menegur ku dari belakang sambil menepuk pundakku, dan sukses membuyarkan
lamunanku, “Piye Yok, ada kan? urgent nih Yok”. kata Dedi sambil
memelas, “ooalah iyo sek,” sahutku sambil mencoba mengingat ingat. “Apa
ya Ded, sing urgent apa ya?”, jujur aku tidak begitu mengerti maksud
Dedi karena aku masih memikirkan masalah mimpi itu, “lho, kamu kan
kemaren janji, mau pinjemi aku uang”, sahut Dedi, aku pun tiba-tiba
ingat kalau kemaren Dedi sms, ingin meminjam uang padaku, “Sory aku
lupa, nih uangnya, tapi ingat kalau sudah dapat kiriman, langsung
kembalikan”, sahutku sambil mengeluarkan selembar uang berwarna biru
dari dompet. “Ok tenang, masalah uang kembali itu gampang, tapi kenapa
to Yok kamu kok kayak orang bingung gitu?”, tanya Dedi, yang heran
melihat aku agak gugup dan bingung, “kayak nya masalah mu itu berat,
Yok, kamu butuh bantuan dari, seseorang”. kata Dedi sambil merangkul
pundak ku, “seseorang yang sangat saayang banget sama kamu Yok”.
“siapa?”, tanya ku. “Lhoo ya jelas aku tho Yok, siapa lagi yang sayang
sama kamu kalau bukan aku, lha wong kamu jomblo”, “Halah wis, ngaco
kamu, ingat ya, aku ini gak jomblo, tapi indie label”, “sudah aku mau
cari Pak Wiwin, mau pengajuan revisi proposal kerjaku lagi”. sahut ku
sambil bergegas. “Lha opo bedane Yok, jomblo karo indie label?”, “jomblo
itu nasiib, kalo indie label itu idealiseme!!”, seru ku. Sebenarnya aku
masih bingung mengahadapi manajerku itu. Apakah aku bisa meyakinkan dia
untuk paling tidak mempertimbangkan proposal ku, jujur sebenarnya hari
ini aku masih belum siap dan tidak fokus gara-gara mimpi misterius itu,
tapi bagaimanapun juga aku tidak boleh menunda nunda waktu lagi, karena
aku sadar ini adalah kesempatan emas, jika aku berhasil, maka karir dan
masa depan cemerlang ada di depan mata, tapi jika gagal, hadehh, aku
tidak tahu, apa aku akan dapat kesempatan lagi untuk handle sebuah event
promo yang melibatkan produk dari perusahaan yang bonafid.
Benar-benar hari yang melelahkan pikirku. Setelah seharian aku
berjuang demi proposal ku tersayang. Selepas shalat isya’ aku
membaringkan tubuh ku yang sudah sangat lelah, tapi kali ini aku sudah
agak santai karena manajer memberikan acc untuk proposalku, “yahh
tinggal sedikit perbaikan lagi pasti beres”. Mataku pun mulai terasa
berat, sekilas aku teringat kembali wajah Rita, pacar Dedi temanku, yah
dia tadi sore ke kantor menjemput Dedi, entah mau kemana mereka aku juga
tidak peduli, “semoga aja Dompet si Dedi bisa pulang dengan utuh dan
selamat, bakal diteror habis-habisan tuh dompet nya Dedi sama si Rita,
he heh”. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku berpikir kalau wajah si Rita
mirip dengan Nisa, mata mereka, hidung, bibir, postur nya, bedanya Nisa
bukan cewek matre karena dia memang sudah kaya. “bagaimana ya kabar Nisa
sekarang”, pikirku. Nisa adalah pacarku semasa SMA, bisa di bilang dia
lah bidadari penyelamat ketika aku masih sulit lepas dari kenangan Yuni,
sejak pertama kali bertemu Nisa, aku langsung jatuh hati, selain cantik
dia juga sangat ramah, meski anak orang kaya Nisa jauh dari sifat
tengil dan sombong, mungkin juga karena sifatnya yang asyik itu aku
naksir Nisa, tapi jalan menuju hatinya si Nisa bukan jalan yang mudah
dan mulus, tapi sangat terjal dan banyak rintangannya, maklum Nisa salah
satu primadona di SMA ku, jadi saingan juga banyak, tapi entah kenapa
aku yang beruntung terpilih jadi pacar si Nisa. Aku masih ingat ketika
aku memutuskan untuk ikut bertarung memperebutkan cinta Nisa, aku sangat
sadar kalau perjuangan bakal sangat berat bahkan teman-temanku kompak
pesimis terhadap peluang ku. “Panggilan kepada saudara Yoyok, mohon
segera turun ke bumi pleasse, tanggungan utang di warung tolong
diselesaikan”, Gurau Ardi temanku. Aku juga masih ingat ketika aku
memberanikan diri untuk pertama kalinya apel malam minggu ke rumah Nisa
sambil membawa sekotak pisang goreng yang memang kesukaan Nisa dengan
semangat 10 November aku memacu vespa milik ayah, tapi setelah sampai di
rumah Nisa aku jadi heran, kenapa banyak mobil ya di rumah Nisa,
“seingatku orangtuanya Nisa itu pejabat, tapi kok rumahnya seperti buka
praktek pengobatan alternatif gini ya?”, “cari siapa dik”, tanya seorang
laki-laki di balik pagar rumah Nisa, “wah ternyata rumah Nisa di jaga
satpam, hebat”, batinku, “Eh anu pak, saya temannya Nisa, Nisa ada pak”,
“ada, tapi adik kayaknya harus antri, tamunya neng Nisa kalo malam
minggu banyak”, sahutnya dengan tersenyum, aku mulanya tidak paham
maksud pak satpam ini tapi setelah aku masuk ke teras rumah Nisa, aku
benar-benar terkejut karena di sana Nisa cewek seorang diri, dikelilingi
lima sampai enam cowok, dan tongkrongan mereka keren-keren semua, jelas
gak mungkin aku nekat merengsek masuk ke tengah-tengah mereka terus
nyodorin kotak isi pisang goreng ke Nisa, tapi aku nekat,
“Assalamualaikum Nisa”, sambil melambaikan tangan ke arah Nisa, “Yoyok,
waalaikum sallam, masuk sini Yok”, Nisa agak terkejut tapi dia segera
berdiri sambil tersenyum sumringah menghampiriku, “Eh Nis kamu hebat,
aku baru tahu kalau kamu buka praktek pengobatan alternatif kalo malam
minggu, sampe antri mobil nya”, “ha ha bisa aja kamu Yok, ayo masuk, aku
kenalin, mereka temanku”, “Eh enggak Nis terima kasih, aku cuman
sebentar mau nganter ini, oleh-oleh dari ibu ku”, aku menyodorkan kotak
pisang goreng yang kubawa dari rumah ke pada Nisa, “oh ya mereka itu
benar-benar teman-temanmu atau para pejuang cinta yang memperjuangkan
cintanya hayoo?”, godaku, “bisa aja kamu Yok, oh ya terima kasih
oleh-olehnya kamu tau aja kesukaanku”, “yah, aku pamit dulu yah, kasihan
pasien-pasien kamu udah pada nunggu tuh, hi hi”, aku pun segera
bergegas pulang, sejak saat itu aku pun mulai bersemangat berjuang demi
cinta si Nisa, meski sadar bahwa banyak saingan berat tapi aku tidak
akan menyerah.
Setelah Selama satu tahun lamanya berjuang mendapatkan cinta Nisa,
akhirnya aku berhasil, dia resmi menjadi pacarku, wow.. aku masih ingat
betul bagaimana gembira nya saat Nisa mengangguk dan berkata “Ya”, saat
dia ku tembak. Selama hampir dua tahun lamanya aku dan Nisa berpacaran
dan banyak kenangan, senang, sedih, lucu atau yang bikin sebel yang kami
lewati bersama, Nisa juga berhasil membuatku move on dari Yuni, tapi
sayang setelah aku mulai yakin dengan cinta sejati yang aku temukan,
lagi-lagi aku harus berhadapan dengan pahitnya takdir, Nisa mendapatkan
beasiswa dari salah satu universitas terkenal di Australia dan dia
memilih untuk mengambil beasiswa tersebut, sebenarnya kami sama-sama
berat untuk berpisah tapi Nisa tak kuasa untuk menolak apalagi melawan
keinginan orangtuanya yang ingin anaknya mendapatakan pendidikan
terbaik, dan aku juga sadar aku tidak mungkin menghalangi Nisa meraih
masa depan yang lebih baik hanya demi ego ku, lagi pula aku juga sadar
orang-orang seperti orangtua Nisa dengan Jabatan dan status sosial
tinggi pasti memiliki idealisme tinggi juga, orang-orang seperti mereka
itu kan punya idealisme, di dunia hidup kaya dan bahagia, di akhirat
masuk surga. Awalnya kami merasa yakin kami masih bisa menjalani
hubungan jarak jauh, tapi seiring berjalannya waktu kami akhirnya putus
kontak, dan beberapa tahun kemudian aku mendengar kabar dari kawan SMA
bahwa dia sudah tunangan dengan anak salah satu pejabat teman ayahnya.
Malam pun semakin larut dan mulai melarutkan kesadaranku ke alam mimpi.
“maaf pak, saya terlambat ini proposalnya sudah saya perbaiki sesuai
saran dari bapak”, aku tergopoh-gopoh masuk ke ruangan pak Wiwin manajer
ku, “ok Yok, kamu taruh di meja situ, biar saya cek dulu, nanti kamu
saya info lagi”, “kamu sakit? kok agak kacau gitu”, tanya pak wiwin,
“Yah, biasa pak, kurang tidur” jawab ku sekenanya, saya permisi dulu
pak”, aku pun buru-buru pamit dari ruang pak Wiwin, “ok, nanti kamu saya
info lagi”. Payah, hampir saja aku mengacaukan hari ini, terlambat
berangkat kerja padahal aku sudah ada janji dengan manajerku, ini karena
mimpi itu lagi, mimpi yang beberapa hari ini rutin membayangi dan sulit
untuk mengabaikannya begitu saja. Sebenarnya apa arti dari mimpi ini,
aku terus melamun, sambil berjalan menuju tempat parkir sepeda motor,
sengaja aku ijin pulang agak cepat karena aku agak kurang enak badan,
tiba-tiba, “aduh, mas hati-hati kalo jalan”, “eh maaf mba, maaf”,
tiba-tiba aku menabrak seorang wanita muda, aku mencoba meminta maaf
sambil ikut membantu mengambil barang-barang milik wanita itu yang
terjatuh, “Yoyok, kamu yoyok kan? kamu lupa ya sama aku?”, aku
terbengong melihat wanita yang ada di depan ku, “Siapa ya?”, tanyaku,
“masa kamu lupa sih, aku Rani, Rani Kartika’ kita kan teman satu kuliah
dulu”, “ohh, Rani, anak akutansi, Masya Allah sory aku lupa, sudah lama
sih kita gak ketemu”, sejenak ingatanku melayang ke masa kuliah, yah
Rani adalah teman kuliah ku dulu, “kamu habis dari mana Yok, ini mau
kemana?”, “oh ini aku kerja di kantor ini, sekarang aku mau pulang,
maklum lagi gak enak badan”, “oh, jadi kamu kerja di sini, wah hebat
dong”, “kamu mau kemana Ran?”, tanyaku, “Oh ini, aku mau nganterin
Fotokopian buku, kebetulan ada orang sini yang foto copy dokumen lumayan
banyak”, “kamu punya usaha foto copy Ran?”, “Nggak kok ini usaha
suamiku, kebetulan dia lagi sibuk, jadi kita bagi tugas deh”, jawab Rani
sambil membetulkan barang bawaannya, “Sory Yok, aku lagi buru-buru nih,
soalnya lagi ditunggu orang yang pesen foto copy”, “kapan-kapan, kita
ngobrol lagi ya yok”, Rani pun bergegas menuju ke dalam gedung kantor,
sejenak aku tersenyum kepadanya, setelah itu aku pun juga bergegas
menuju sepeda motorku.
Rani, dalam perjalanan pulang, ingatanku kini kembali ke masa kuliah.
Rani adalah cewek yang dulu pernah aku taksir, dia cewek yang cantik
dan supel, kami dulu kuliah di kampus yang sama, hanya beda jurusan, dia
akutansi dan aku jurusan desain, aku kenal Rani karena kita sama-sama
ikut kegiatan UKM musik, aku dan Rani banyak menghabiskan waktu berama,
maklumlah dia adalah bendahara sedangkan aku adalah wakil ketua di UKM
tersebut, karena sering bersama ini lah mulai timbul rasa sukaku pada
Rina, pelan tapi pasti aku mulai menyusun langkah-langkah terprogram dan
terencana untuk PDKT ke Rani, mulai dari membantu menyusun anggaran
keuangan organisasi, antar jemput pulang, sok jago musik dan mengajari
Rina main gitar, sampai main ke rumah Rina tanpa alasan yang jelas.
Okelah banyak strategiku yang terkesan asal dan sporadis tapi
bagaimanapun juga aku harus berhasil mendapatkan Rani, karena dia memang
sosok aku yakini layak menggantikan Yuni dan Nisa, tapi entah kenapa
Rina tampak santai-santai saja menghadapi semua strategi PDKT frontal
dari ku. Sampai suatu saat akhirnya aku dengar kabar bahwa Rina sudah
jadian dengan salah satu mahasiswa tekhnik yang juga ketua HIMA jurusan
tekhnik, itulah alasan kenapa Rina cuek saja dengan semua perhatianku
selama ini, dan impianku mendapatkan pengganti Yuni dan Nisa pun pupus.
Malam ini tidak seperti malam-malam sebelumnya karena proposal sudah
selesai, tinggal tunggu approval dari pak Wiwin, kali ini aku bisa
sedikit santai, selesai shalat isya aku membuka kembali laptop ku,
ditemani secangkir susu hangat aku mereview kembali proposal event promo
ku, tapi mataku tampaknya sudah mulai lelah dan sulit diajak kompromi,
perlahan aku pun terlelap, tertidur, tapi sejenak kemudian ada suatu
aroma yang menusuk lembut indra penciumanku, aroma yang sangat lembut
dan wangi, aroma yang belum pernah aku cium sebelumnya di toko-toko
parfum atau toko-toko aroma therapy manapun dan belum pernah ada teman
sekantorku yang pernah memakainya, tapi entah kenapa aroma wangi ini
sangat familiar, sejurus kemudian ada suara wanita yang berbisik di
telingaku, “Assalamualaikum”, kemudian aku mendengar suara yang sangat
lembut memanggil namaku, “mas Yoyok, bukalah matamu”, “mas Yoyok,
tataplah wajahku”, aku pun perlahan membuka mata dan mencari titik fokus
yang masih kabur, “mas, aku sudah datang”, pelan tapi pasti aku mulai
bisa melihat sosok yang memanggil namaku, Subbhanallah cantik sekali,
tampak seorang wanita berkulit seputih sutera dengan rambut panjang
tergerai dan memakai baju terusan berwarna hijau tiba-tiba sudah berdiri
di samping tempat duduk ku, “ssiapa kkkamu?”, tanyaku ragu, “aku
kekasihmu, Allah memberi petunjuk bahwa engkau akan menjadi jodohku di
syurga”, jawabnya dengan tatapan lembut tapi tegas, “aku adalah yang
dijanjikan Allah di surat Al Waqi’ah dan Arrahman”, “a..apa maksudmu?”,
“aku adalah yang dijanjikan oleh Allah untuk para syuhada yang syahid
membela agamanya”, “aku adalah yang dijanjikan oleh Allah untuk hambanya
yang taat dan takut kepadaNYa”, aku terbengong dan bingung dengan semua
jawabannya, “aku datang atas izin Allah untuk menghibur hati mas
Yoyok”, “a..apa maksud ucapan mu?”, tanya ku lagi kebingungan, “Mas
yoyok tidak usah sedih, karena Allah selalu mendengar setiap kali mas
Yoyok beristighfar karena gelisah dengan jodoh yang tak kunjung datang”,
“ini adalah karunia dari Allah untuk setiap zikir dan shalawat yang
terlantun dari hati mas Yoyok”, “karena ini adalah terakhir kalinya aku
menemui mas Yoyok di dunia ini, aku ingin berpesan agar mas Yoyok rajin
mendirikan shalat Lail, karena itu adalah mas kawin bagi kami, para
bidadari syurga, dan jangan pernah gelisah karena seandainya ikhtiar Mas
yoyok mencari jodoh di dunia ini belum berhasil, di syurga nanti akan
ada kami yang akan mencintai dan melayani mas Yoyok dengan ikhlas penuh
rasa cinta kasih”, “Assalamualaikum”, perlahan sosok cantik itu memudar,
menghilang, meninggalkan aku yang terbengong kebingungan, tetapi bau
harum lembut yang tertinggal dari sosok wanita tadi seolah menghipnotis
ku dan membuat mataku berat. “Astaghfirullah hal’adzhim”, tiba-tiba aku
tersadar dari tidurku, “tidak, mimpi itu lagi”, sayup-sayup aku
mendengar adzan shubuh mulai berkumandang, aku pun segera bangun untuk
mengambil air wudlu sambil terus bertanya dalam hati, “ya Allah, berilah
hambamu petunjuk ya Allah”, “sebenarnya apa maksud dari mimpi yang
akhir-akhir ini selalu hadir dalam tidur hambamu ini”, “apakah aku akan
selamanya sendiri tanpa pernah mengenal cinta sejati seumur hidupku?”,
“aku hanya bisa pasrah dan berharap yang terbaik dari engaku ya Allah
dan aku ikhlas menjalani takdir dari mu, ya Robbal Aalamiin”.
Cerpen Karangan: Wahyudi Warsaintia
Facebook: https://www.facebook.com/wahyudi.warsaintia
Facebook: https://www.facebook.com/wahyudi.warsaintia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar