Kisah Kehidupan Ustadz Jefri Al-Buchory
Bila dia berdakwah, entah lewat radio
atau televisi, orang dengan mudah mengenalinya. Suara Uje serak-serak
basah, terkadang pelan, terkadang keras melengking ketika melantunkan
ayat Alquran, atau sekadar shalawatan dan mengutip syair lagu islami.
Jeffry
dibesarkan di tengah keluarga ustaz. Maka wajar bila sejak kecil dia
mendapat pendidikan Islam kuat. Buktinya, saat duduk di bangku sekolah
kelas 3-5 SD dia meraih prestasi MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) sampai
tingkat provinsi.
Setelah
lulus SD, bersama ke dua kakaknya, Almarhum Ustaz Abdullah Riyad dan
Ustaz Aswan Faisal, bersekolah di Pondok Pesantren El-Qolam Gintung,
Jayanti Tangerang. Namun di pesantren Uje terbilang nakal.
Dia sering kali kabur dari pesantren, diam-diam
bermain dan menonton di bioskop. Sampai akhirnya dia dikeluarkan dari
pesantren. Setelah itu, Uje pindah sekolah ke Madrasah Aliyah. Bukannya bertambah baik, kenakalan Uje justru bertambah parah.
Apalagi
setelah lulus Aliyah pada 1990, dia masuk akademi broadcasting.
Kenakalan Uje kian tak terbendung. Dia keluar masuk diskotik, gemar
dugem, nge-dance, hingga akhirnya kuliah tak tamat juga. Pada 1991 dia
malah pernah menjadi dancer.
Tempat tongkrongan Uje biasanya di Institut Kesenian Jakarta.
Dia juga sering mendatangi lokasi syuting sinetron. Ketika para pemain
sinetron sedang latihan, kadang-kadang dia menjadi pemain pengganti.
Bahkan beberapa kali dia juga ikut casting.
Salah
satu sinetron yang sempat dia bintangi adalah Pendekar Halilintar.
Bahkan Uje pernah dinobatkan sebagai pemeran pria terbaik dalam Sepekan
Sinetron Remaja yang diadakan TVRI pada 1991.
Uje
baru bisa keluar dari kehidupan semu ketika diajak umroh oleh ibu dan
kakaknya. Sebagai awal dari usaha pertaubatan, Uje mendapat amanah dari
kakak tertuanya almarhum Ustaz Abdullah Riyad agar melanjutkan dakwah di
Jakarta.
Alasanya,
saat itu Abdullah Riyad mendapatkan kepercayaan dari MUIS (Majlis Ugame
Islam Singapura) untuk menjadi Imam besar di Masjid Haji Mohammad
Soleh, bersebelahan dengan Maqam Habib Nuh Al Habsyi, Palmer Road, Singapura.
Dia
menurut Uje pertama kali berdakwah di sebuah masjid di Mangga Dua.
Pipik Dian Irawati, istrinya, menuliskan teks dakwah yang mesti
disampaikan saat itu. Hasilnya, honor ceramah sebesar Rp 35.000 dia bawa
pulang dan langsung diberikan kepada istrinya.
Dari situ lah Uje mulai berdakwah lewat majelis taklim, mushala, masjid, dan perlahan-lahan bisa seperti sekarang ini, dikenal oleh masyarakat dan banyak dikagumi masyarakat. Uje juga berdakwah dalam bentuk lagu-lagu Islami.
Biasanya,
saban Ramadhan Ustaz ini laris diminta berdakwah. Wajahnya juga kerap
menghiasi televisi. Sebagai ustaz muda, Uje menjadi trendsetter gaya
busana muslim pria. Namanya melambung di kalangan remaja.
Uje
meninggal dunia di usia 40 tahun Jumat dini hari, 26 April 2013 dalam
sebuah kecelakaan tunggal di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan,
pukul 02.00 WIB. Dia menabrak pohon setelah kehilangan kendali ketika
naik Kawasaki ER-6n bernopol B 3590 SGQ.
Dia sempat dirujuk ke Rumah Sakit Pondok Indah dan Rumah Sakit Fatmawati, namun akhirnya meninggal. Selamat tinggal Uje.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar